Kemarin, SINDO menyambangi kantor Yayasan New7- Wonders di Zurich.Tidak sulit mencari alamat yayasan ini. Begitu pula untuk menemukan gedung yang diakui sebagai markas besar New7Wonders Stiftung (N7W).Begitu turun di Stasiun Kereta Api Zurich, langsung meloncat ke trem nomor 4, tak sampai enam menit, sudah bisa turun langsung di Hoeschgasse. Jalan kaki dua menit, sampailah ke alamat yang dituju, Hoeschgasse 8,Zurich.
Gedungnya mencolok,arsitekturnya lain ketimbang gedung- gedung tetangga. Temboknya dicat warna-warni, dari biru, putih,merah hingga kuning, warna yang tidak biasa untuk gaya rumah di Swiss. Lokasinya sangat menenteramkan hati, dikelilingi lapangan rumput yang dipotong rapi, kolam kecil di kebun belakang, dan areal parkir yang dinaungi pohon rindang. Sekitar 300 meter ke samping kanan, terbentang Danau Zurich.
”Hanya orang kaya yang bisa punya gedung di kawasan ini,” kata warga setempat, yang kebetulan melenggang di belakang gedung ini. Hanya saja, keelitan lokasi gedung yang diakui sebagai markas besar yayasan yang didirikan Bernard Weber itu menyimpan misteri. Pada halaman depan,terlihat papan nama putih bertuliskan Heidi Weber Museum. Isi di dalamnya, terutama lantai bawah yang bisa diintip dari kaca jendelanya yang cukup besar, didominasi artifak-artifak Le Corbusier.
”Tutup Sampai Musim Panas Tahun Depan” begitu sebuah kertas putih menempel di pintu kaca gedung ini.Tak ada tombol bel, tak ada kotak surat. Ketuk pintu yang dilakukan SINDO juga tak terjawab apa-apa. Gedung penghormatan untuk Le Corbusier itu tutup dan terkunci rapat. Pada bagian belakang, di lantai dua, sebagaimana pernah diakui Weber sebagai markas besarnya, juga tak ada kegiatan sama sekali.
Di ruangan ini, Bernard pernah terlihat mengumumkan nominasi keajaiban dunia baru. Ruang itu berukuran sekitar 4 x 3 meteran, berisi telepon dan mesin faksimile.Beberapa order terpampang rapi di rak kayu di belakang meja kecil. Komputer sama sekali tak terlihat. Poster-poster kegiatan yayasan itu juga tak ada. Yang tampak malah sebuah poster sketsa Corbusier. Penampakan fisik, untuk ukuran Swiss sekalipun, tidak mencerminkan sebuah kantor yang representatif untuk sebuah yayasan yang kegiatannya mendunia.
Organisasi palsu? Agaknya tidak. Pemda Kota Zurich menolak memberikan keterangan detail keberadaan yayasan ini. Kendati demikian, pemda kota terbesar di Swiss ini memberikan izin operasi yayasan ini secara resmi.Terdaftar dengan nama New7Wonders-Stiftung atau New7Wonders Foundation dengan nomor CH-020.7.001.- 148-9 yang beroperasi mulai 7 April 2004.Tujuannya untuk pelestarian warisanbudaya dunia.
Bernard Weber sebagai ketua, dan saudara Heidi Weber, pemilik Museum Heidi Weber,ditunjuk sebagai anggota yayasan, yang dibantu oleh Jean Paul de la Fuente dan Felix Richner. Upaya Bernard Weber mendirikan yayasannya ini tidaklah berlangsung mulus. Sebelum namanya menjadi perbincangan, terlepas pro-kontranya,Bernard dengan yayasan serupa pernah bangkrut.
Tahun 2000, bermarkas di Wollerau, desa di pinggiran Kota Zurich tetapi masuk Provinsi Schwyz, yang terkenal berpajak murah, Bernard mendirikan PT New7Wonder dengan modal awal CHF 100.000,setara Rp 1 miliar.Felix Richer sudah bergabung saat itu. Tujuan murni komersial, dari memasarkan tujuh keajaiban dunia baru, penelitian pasar, hingga jual beli tanah. Perusahaan ini bangkrut pada 7 Oktober 2003.
Dan selanjutnya didirikan kembali dalam bentuk yayasan dengan menggandeng adiknya pada 2004 itu. Buah Karya N7W terlihat mewah di Portugal, ketika tahun 2007 mengumumkan tujuh keajaiban dunia yang baru. Tampil sebagai pengisi acara Jennifer Lopez, Chaka Khan, dan Ben Kingsley. Tamu kehormatan yang terlihat antara lain Presiden Portugal saat itu Anibal Cavaco Silva, Ratu Rania dari Yordania, hingga Kofi Annan.
Tak Laku di Swiss
Duta Besar RI untuk Swiss Djoko Susilo mengungkapkan kejanggalan tentang kantor Yayasan New7 Wonders. Mantan anggota DPR dari Fraksi PAN ini menjelaskan, dalam penyelidikan yang dilakukan KBRI Swiss, alamat kode pos Yayasan New7Wonders di Hoeschgasse 8, PO Box 1212, 8034 Zurich tidak sesuai. ”Entah itu cuma menyewa satu ruangan atau bagaimana. Dan gedung ini hanya buka pada musim panas,”kata Djoko kepada SINDOkemarin.
Dia menegaskan, selain diketahui bukan bagian dari UNESCO, masyarakat Zurich ternyata tidak mengetahui tentang yayasan ini.”Tidak semua yang dari Swiss itu lalu jadi jaminan. Saya ragu dengan yayasan ini,”terang dia. Dalam pemilihan tujuh keajaiban dunia baru ini,Swiss sebenarnya juga memiliki kandidat, yakni Matterhorn, salah satu pucuk Gunung Alpen.
Hanya saja, tak ada penggalangan massa sebagaimana di Tanah Air.Tak ada politikus yang terlibat, apalagi televisi nasional. Masyarakat Swiss sendiri tak begitu antusias dengan yayasan ini. Jikapun ada yang tertarik mendukung Matterhorn, satu satunya cara hanya lewat internet. ”Siapa peduli?” tulis Michael Steiner dari Winterthur di sebuah tabloid Swiss. ”Ini cuma akalakalan strategi marketing,” imbuhnya. Beat dari Swiss Tengah juga demikian. ”Bagaimana bisa Matterhorn masuk, masih banyak tempat lain di Swiss yang lebih bagus,” katanya.
Diminta Tidak Ragu
Di Jakarta, Duta Besar Komodo Jusuf Kalla (JK) meminta agar publik tidak ragu mendukung kampanye pemenangan Pulau Komodo untuk masuk dalam tujuh keajaiban baru dunia (New7Wonder). Menurut dia, terpilihnya Pulau Komodo akan berdampak positif bagi pariwisata Indonesia, khususnya kesejahteraan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).
”Masyarakat tidak perlu ragu memberi dukungan,” ungkap JK dalam jumpa pers sekaligus video conference dengan Direktur Bisnis Development New7wonders, Jean Paul De La Fuente, di Kantor PMI Pusat kemarin. Meski belakangan keberadaan Yayasan New7Wonder banyak menuai kontroversi,JK mengapresiasi besarnya dukungan publik terhadap kampanye pemenangan Komodo.
”Kami tidak ada masalah dengan kontroversi yang ada, sebab dukungan masyarakat sungguh luar biasa,”ujarnya. Ketua Panitia Pendukung Pemenangan Komodo (P2Komodo) Emmy Hafild mengatakan, pihaknya sangat menghargai pendapat berbagai kalangan menyangkut keberadaan Yayasan New7wonder. Namun, dia menepis anggapan sejumlah pihak yang menuduh yayasan tersebut sebagai organisasi yang tidak patut dipercaya.
Sementara itu, melalui video conference via skype, Direktur Bisnis Development New7wonders Jean Paul De La Fuente menegaskan, organisasinya tidak menganut sistem kerja konvensional yang menempatkan seorang stafnya hanya duduk di belakang meja mengurusi masalah administrasi, melainkan selalu turun ke lapangan.Oleh sebab itu,seluruh staf yang ada sebagian besar diterjunkan ke lapangan, tetapi komunikasi antara satu staf dengan lain tetap terhubung melalui layanan internet dan telepon.
”Kami percaya staf kami harus berada di lapangan dan mengetahui apa yang sebenarnya ada di lapangan,”tegasnya. Jika masih ada pihak yang meragukan legal formal soal keberadaan New7wonders, Jean mempersilakan pihak terkait untuk mendatangi kantor pencatatan sipil di Kantor Wali Kota Zurich, sebab di sana dokumen resmi Yayasan New7- wonders tercatat sebagai organisasi yang resmi. ”Jadi, kami bukan organisasi gadungan,” tandasnya. andi setiawan
0 komentar: